Standard Post

Legislator PKB: Kurikulum Cinta di Madrasah Tak Boleh Hanya Sloganistik


PKBNEWS - Anggota Komisi X DPR RI, Andi Muawiyah Ramly (Amure), menyampaikan pandangannya terkait penerapan Kurikulum Cinta di seluruh madrasah. Ia mengingatkan urgensi dan landasan konseptual dari kurikulum tersebut, serta menekankan pentingnya implementasi yang tidak hanya bersifat sloganistik.

"Jangan sampai kurikulum cinta hanya menjadi jargon tanpa substansi yang jelas. Yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar nama yang menarik, tapi penguatan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama," tegas Amure di Jakarta, Selasa (9/9/2025).

Menurut politisi dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut, kurikulum apapun harus mampu menjawab tantangan zaman dan memberikan dampak nyata dalam pembentukan karakter generasi muda.

"Kurikulum cinta tentu baik secara semangat, tapi harus dijelaskan secara konkret, nilai apa yang diajarkan, kompetensi apa yang dibangun, dan bagaimana indikator keberhasilannya. Jangan sampai nilai-nilai luhur seperti toleransi, kasih sayang, dan empati hanya menjadi materi tempelan," lanjutnya.

Amure menambahkan, dalam konteks madrasah yang berbasis keagamaan, nilai cinta seharusnya sudah menjadi bagian inheren dari proses pendidikan. Maka dari itu, inovasi kurikulum harus menyasar pada penguatan metode pembelajaran, pelatihan guru, serta lingkungan pendidikan yang mendukung pembentukan karakter.

Amure lantas mengusulkan agar Pemerintah melakukan evaluasi mendalam terhadap kurikulum yang ada saat ini, sebelum menambah nomenklatur baru yang belum tentu efektif, serta peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidik menjadi prioritas utama, agar mereka mampu menginternalisasikan nilai-nilai cinta dalam pembelajaran, bukan hanya mengajarkannya secara teoritis.

"Saya kira justru yang perlu dilakukan juga adalah penguatan ekosistem pendidikan yang berkarakter, misalnya melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang menumbuhkan empati, kepedulian sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan," urainya.

"Kita semua ingin anak-anak kita tumbuh dengan cinta, cinta pada sesama, cinta pada bangsa, dan cinta pada Tuhan. Tapi untuk mencapai itu, kita perlu kerja sistemik, bukan sekadar mengganti nama kurikulum," tutup Amure.