Standard Post

Cak Imin Kunjungi Pasir Muncang, Tempat Bung Karno Menyepi


PKBNEWS - MASYARAKAT Bogor menyebut tempat ini sebagai "Petilsan Pasir Muncang". Tempat bersejarah ini merupakan tempat favorit Presiden pertama Republik Indonesia: Bung Karno. Pasir Muncang sendiri merupakan nama sebuah desa di Kabupaten Bogor, yang persisnya berada di Desa Muara Jaya, Caringin Kabupaten Bogor.

Di Desa Muara Jaya yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pasar Caringin ini terdapat sebuah lokasi Sang Proklamator RI, Bung Karno menggali inspirasi untuk kejayaan bangsa Indonesia.

Di area sekitar 0,5 hektar berdiri kokoh sebuah batu berukuran besar lengkap dengan prasasti marmer dengan tulisan berlatar warna emas. Dari prasasti inilah setiap pengunjung tahu jika tempat tersebut bukan sembarang tempat. Ke tempat itu pula Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Dr. HA Muhaimin Iskandar menyambanginya.

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) ini lalu mengabadikan momentum tersebut melalui sebuah video yang kemudian diunggahnya ke media sosial pribadinya. Cak Imin pun menceritakan sekilas sejarah lokasi tersebut dan kaitannya dengan Bung Karno.

Menurut Cak Imin, lokasi ini adalah situs bersejarah yang biasa masyarakat sebut Petilasan Pasir Muncang. Pada prasasti tertulis bahwa tempat tersebut dahulunya milik Bung Karno sekaligus menjadi tempat menenangkan diri dan mencari inspirasi untuk masa depan Indonesia.

“Bung Karno sering datang ke tempat ini tidak hanya untuk sekadar beristirahat menikmati keindahan alam, tetapi juga beribadah, dan menemukan ide-ide besar tentang Indonesia di masa depan. Kalau istilah santri aktifitas seperti itu disebut khalwat atau menyepi,” kata Cak Imin.

Prasasti ditandatangani oleh ahli waris Bung Karno, Guruh Sukarno Putra dan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Rochadi tertanggal 22 November 2010. Tentu masih sangat baru untuk ukuran situs bersejarah.

Tempat ini sangat jarang dijumpai dalam catatan sejarah atau referensi lainnya. Setidaknya tidak pula ditemukan di sumber-sumber umum. Hanya ada di pemberitaan yang merujuk pada pembukaan dan peresmian tempat ini. Mungkin kalangan keluarga Bung Karno mengetahui detail-detailnya.

Dikatakan Cak Imin, wajar jika Bung Karno memilih tempat tersebut untuk berkhalwat karena kondisi alam yang terpencil, sejuk, dingin, dan jauh dari hiruk pikuk kota. Letaknya berada di bibir lembah, di bawahnya terhampar sawah dan kebun sejauh mata memandang.

“Di Caringin ini Bung Karno menenangkan diri, mencari inspirasi di tempat yang mungkin waktu itu masih sangat hijau dan dingin,” ujar Cak Imin.

Tidak jauh dari area situs bersejarah tersebut, berdiri kokoh Ma’had ‘Aly Raudlatul Muhibbin yang diasuh oleh KH. M. Lukman Hakim, Ph.D. Cak Imin berujar, pondok ini bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama bagi para santrinya, namun juga taman bagi pecinta.

“Di belakang pondok terpampang pemandangan gunung Salak. Konon nama gunung Salak bukan berarti buah salak, tetapi dari kata ‘suluk’ menyepi berkhalwat. Ayo bersuluk yuk,” tandas Cak Imin.

Sejarah Ditemukan Petilasan
Di tempat ini pula pada tahun 2010 Bank Indonesia (BI) menggelar pameran benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan Presiden Pertama RI Bung Karno di Pusat Pelatihan BI di Kampung Nyenang, Desa Muara Jaya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Pameran tersebut terkait ditemukan dan direnovasinya petilasan Bung Karno di kompleks pusat pelatihan tersebut.

Menurut Dede Komarudin, Kepala Kawasan Rumah Peristirahatan dan Learning Center Pasir Muncang BI, petilasan Bung Karno tersebut diresmikan 22 November 2010 oleh Deputi Gubernur BI Ardhayadi Mitroatmodjo.

"Benda yang dipamerkan tersebut antara lain mobil yang pernah digunakan Bung Karno saat menghadiri Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, meja kursi yang digunaakan saat pengasingan di Bengkulu, dan sejumlah foto kegiatan Bung Karno saat menjadi presiden atau bersama keluarga," kata Dede.

Ada juga lukisan foto Bung Karno yang dilukis seniman dari Bali. Mengenai petilasan Bung Karno, petilasan itu berupa lanskap atau taman kecil dimana ada sebuah pohon tanjung dan dua kolam air.

Penghubung antara lokasi-lokasi itu adalah jalan setapak berundak, sebab kontur lanskap ada di lembah. Pemandangan dari sana sungguh indah, yakni kemegahan panorama Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango. Selain itu, sekitar petilasan itu juga berupa petak-petak sawah basah dan kebun sayur, yang ditata menyatu denganlingkungan petilasan tersebut.

Menurut Dede, berdasarkan penuturan warga kampung/desa setempat, di bawah pohon tanjung tersebut dulunya ada sebuah saung yang disebut Saung Kirai. Di situ Bung Karno sering merenung. Pohon tanjung tersebut, yang diameter batang utamanya sekitar 1,5 meter, diperkirakan berusia sekitar 70 tahun. Dahulu juga, salah satu kolam tersebut ada mata airnya. Kolam tersebut berbentuk seperempat kotak yang satu sisinya dibuat melengkung. Kolam satunya berbentuk buah mangga.

Tepat di depan lekukannya, konon Bung Karno melakukan sholat wajib sesuai waktu berkunjungnya. Berdiri tepat di lokasi itu menghadap barat, jika ditarik garis lurus, adalah tepat di tengah-tengah Gunung Salak. Para sesepuh kampung dan desa di sini juga mengatakan, kadang Bung Karno mengundang warga dan anak-anak untuk duduk-duduk dan bernyanyi di bawah pohon tanjung tersebut. Lagunya, kata mereka adalah lagu-lagu kebangsaan.

Terungkapnya petilasan Bung Karno itu berawal dari rencana BI untuk membangun fasilitas ruang kelas di pusat pelatihan tersebut. Saat meratakan lahan, pekerja menemukan bekas undakan atau tangga menuju ke lembah. Di tambah keterangan warga bahwa dahulu di situ ada petilasan Bung Karno, BI pun menggalinya dan menemukan semua bekas petilasan tersebut.

Dede menambahkan, awalnya lahan seluas sekitar 0,5 hektar itu memang milik keluarga Bung Karno. Lahan itu adalah bagian dari 17 hektar lahan yang dibeli BI dari warga, untuk memperluas kompleks rumah peristirahatan dan pusat pelatihan BI di kawasan Pasing Muncang.

TERKAIT

    -