Cak Imin: Jangan Mau Menyerah Dengan Mindset Intoleransi
Jakarta - MASYARAKAT Indonesia diminta untuk tidak tunduk dengan mindset kelompok tertentu yang cenderung bersikap intoleransi dari pada toleransi. Pasalnya, kelompok seperti itu cuma punya mindset memahami demokrasi sebatas prosedural, dan hanya di atas kertas.
"Kita jangan mau nyerah dengan mindset kelompok tertentu yang cenderung bersikap intoleransi dari pada toleransi. Di otak mereka hanya ada hegemoni mayoritas atas minoritas. Dan pemikiran seperti ini telah berlangsung lama dan harus diberi pengertian," tegas Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H Abdul Muhaimin Iskandar, Rabu (27/1/2016).
Menurut Cak Imin panggilan akrab H Abdul Muhaimin Iskandar mengingatkan, mindset menuntut ketertundukan minoritas atas mayoritas menyulitkan terjadinya toleransi. Sekalipun aturan toleransi sudah diatur dalam peraturan hukum.
"Mindset seperti ini menyulitkan terjadinya toleransi, meski aturan toleransi sudah diatur negara dalam peraturan hukum. Selama ini kan, kita cuma ngerti kalau toleransi dipahami sebagai modus vivendi (sudah diatur hitam di atas putih di atas kertas, red)," katanya.
Sayangnya, ujar Cak Imin, dalam prakteknya toleransi model begitu tidak berjalan baik. Justru kerap menimbulkan gesekan, gaduh, ribut, gontokan dan bakar-bakaran.
"Sekali lagi saya tegaskan, hal itu terjadi karena pihak mayoritas menjadikan otoritas yang mereka punya diplintir untuk menentukan yang mereka suka. Yang mayoritas bisa seenaknya sendiri menentukan arah dan acuan kesepakatan toleransi. Ini bikin masalah," katanya.
Kata Cak Imin, sudah banyak peristiwa dan contoh-contoh sikap intoleransi di masyarakat. Harus segera dicari jalan keluarnya.
"Percuma juga ada toleransi tapi cuma di atas kertas. Kita punya contoh dalam tarikh sejarah agama kita, yaitu Islam. Piagam Madinah (Mitsaq al Madinah, red) pernah jadi contoh yang baik membangun toleransi atas kesepakatan diantara kelompok-kelompok agama," tuturnya.
Tapi dalam sejarahnya, ungkap Cak Imin, Piagam Madinah tidak berjalan karena belum kuatnya pemahaman toleransi di masyarakat majemuk. Untuk itu, harus ada peneguhan bahwa toleransi sebagai sebuah kebajikan (virtue) disamping toleransi sebagai hak asasi tiap individu.
"Jangan cuma ngerumbul, ketemuan melulu antarsesama, seagama, seiman, sebudaya. Perlu interaksi sosial. Ngobrol!. Sebagai kader PKB, ayo kita tumbuhkan semangat kesatuan yang dibangun di atas pilar kebangsaan kita," ucapnya.
Cak Imin mengingatkan, toleransi bukan seperti seekor kelinci yang muncul tiba-tiba dari topi tukang sulap. Tapi proses panjang yang memakan waktu lama.
Ia menambahkan, toleransi adalah nilai yang mengakar kuat di masyarakat, khususnya melalui perjumpaan dan dialog untuk membangun saling percaya.
"Sudah takdir Allah kalau bangsa dan negara kita menjadi masyarakat yang majemuk. Gak bisa kita ingkari. Sebagai umat Islam, kita gunakan ajaran mulia didalamnya untuk saling menghargai dan menghormati seperti sauri teladan Kanjeng Rasul. Inget, Islam itu rahmatan lil alamin. Bukan lil muslimin," ucapnya.
TERKAIT
-