Standard Post

Cak Imin: Indonesia Berhasil Kawinkan Islam dan Demokrasi


Jakarta - INDONESIA adalah contoh negara hebat yang berhasil mengawinkan Islam dan demokrasi dengan baik. Hal tersebut sudah diakui komunitas internasional, dimana Indonesia mendapat stempel sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang menganut asas demokrasi.

"Walaupun tampilan demokrasi di negeri Islam agak kurang baik. Tapi gagasan demokrasi mendapat apresiasi tinggi di negara-negara Ismal, terutama di Indonesia," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H Abdul Muhaimin Iskandar, Selasa (19/1/2016).

Menurut Cak Imin sapaan akrab H Abdul Muhaimin Iskandar, tugas kita sebagai kader PKB adalah menyadarkan masyarakat bahwa karakter muslim di Indonesia jauh berbeda dengan karakter muslim di Timur Tengah (Timteng).

"Kita pahami karakter muslim di Timteng dan Asia Tengah cenderung radikal, tak lepas dari epistême sosial mereka. Epistême sosial ini berupa tradisi masyarakat setempat dgn struktur politik, budaya dan sosial yg sarat dengan patriarkisme dan tribalisme," katanya.

Sedangkan muslim di kawasan Asia Tenggara, kata Cak Imin, cenderung moderat, toleran dan ramah. Kesantunan dan keramahan sebagai muslim di Asia Tenggara karena ada sejarah yang melatarinya.

"Kita ini muslim yang santun lho! Kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dikenal jadi titik temu berbagai kebudayaan dan peradaban dunia. Titik temu ini (melting point) turut membentuk karakter muslim yang lebih toleran, terbuka, tak hegemonik, moderat, adaptif dan ramah," ujarnya.

Kata Cak Imin, gampangnya Islam Indonesia dapat didefinisikan sebagai paham teologi dan praksis Islam yang ramah, toleran, terbuka dan demokratis.

"Inget, pidato Presiden Obama di Univ Al Azhar, Kairo 2009 yang menjual Indonesia sebagai prototipe Islam damai yang bisa ditiru dunia muslim," tuturnya.

Cak Imin menegaskan, sudah karakter PKB menolak jihadisme dan bentuk obskurantisme yang dipertontonkan secara vulgar oleh kelompok kekerasan.

Padahal, lanjut Cak Imin, kekerasan berdasarkan agama, diakui atau tidak diakui akan menghambat dan menyulitkan pesan-pesan damai serta sejuk dari agama.

"Pandangan tunggal tersebut jelas tak sesuai dengan pluralitas Islam yang beragam wajah akibat proses akulturasi dengan budaya lokal. Hasilnya, muncul pandangan singularitas di Eropa dan barat, kalau Islam Timur Tengah atau Afrika Utara adalah `representatif Islam`," katanya.

Cak Imin berpandangan, Islam selalu jadi korban dari tindakan vulgar kelompok kekerasan yang mengatasnamakan agama. Menghambat upaya penyebaran Islam yang damai.

"Ditambah konflik Sunni-Syiah di Timteng, Pakistan dan Yaman menambah buruk citra Islam yang toleran, damai, terbuka dan sejuk santun," tandasnya.

TERKAIT

    -