Standard Post

Batalkan Rencana Penutupan Tiga Pabrik Gula di Situbondo


PKBNews - POLITISI Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Nasim Khan mengingatkan pemerintah untuk membatalkan rencana penutupan pabrik gula. Pasalnya, keputusan tersebut berdampak luas terhadap meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan.

"Pemerintah sebaiknya mendengar masukan dari Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR, red) dan karyawan tiga pabrik gula di Situbondo yang rencananya akan ditutup," kata Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) itu, Rabu (4/1/2016).

Menurut Anggota Fraksi PKB (F-PKB) itu, penutupan tiga pabrik gula di Situbondo, yakni pabrik gula Prajekan Bondowoso Asembagus Situbondo, pabrik gula Wringinanom serta pabrik gula Olean Panji Situbondo mendapat perlawanan keras dari APTR dan karyawan ketiga pabrik gula tersebut. Bahkan, APTR menyerahkan dokumen resolusi petani tebu yang berisi kesanggupan untuk menyediakan pasokan tebu dengan cara memperluas areal tanaman tebu.

"Mereka juga menyatakan kesanggupannya untuk tidak mengirim tebu ke luar daerah. Serta berkomitmen dengan Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk mengembangkan area tebu melalui dana kas desa dan sebagainya," ujar Nasim.

Nasim berkata, melihat perlawanan sangat gigih dari APTR dan karyawan pabrik gula maka PKB tidak akan tinggal diam. Partainya akan berjuang bersama mereka mempertahankan pabrik gula sampai titik darah penghabisan.

"Pemerintah hanya bisa menutup tanpa harus berpikir kedepan, tidak memikirkan bagaimana nasib masyarakat kecil,” tuturnya.

Anggota DPRRI dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur (Jatim) III yang meliputi Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi itu mengakui bahwa kesepakatan penutupan atau regrouping pabrik gula Badan Usaha Milik Negara (BUMN) antara sejumlah pihak sudah ditandatangani pada 06 Oktober 2016 lalu. Artinya, pelaksanaan penutupan hanya tinggal menunggu pelaksanaan pada 2017.

"Meski demikian, dengan langkah bersama ini kita terus melakukan upaya bagaimana penutupan tidak pernah terjadi dan harus mencari solusi bersama," kata Nasim.

Nasim melanjutkan, pihaknya telah melakukan dialog langsung dengan pengelola tiga pabrik gula yang akan ditutup maupun dengan perwakilan petani.

"Semua pihak merasa heran dengan keputusan pemerintah, karena alasan yang disampaikan tidak sesuai dengan realita di lapangan," katanya.

Anggota Komisi VI DPR RI tersebut berkata, harusnya pemerintah berkaca pada kasus penutupan pabrik gula Deemas Besuki Situbondo. Dimana, kata dia, keputusan tersebut telah sukses memiskinkan, menyebabkan ribuan pengangguran, menelantarkan aset yang nilainya sangat besar.

"Makanya dengan alasan apapun, penutupan tiga pabrik gula harus kita tolak, jangan sampai terjadi. Apalagi, setelah dipelajari, dari tiga pabrik gula yang direncakan ditutup ternyata masih produktif dan mampu memberikan keuntungan dari laba kotor. Misalnya saja pabrik gula Wringinanom, produksi tebunya pertahun mencapai 1,6 juta kuintal. Sedangkan pabrik gula Olean 1,1 hingga 1,2 juta kuintal. Sementara produksi gula di pabrik Panji sebanyak 3 juta kuintal per tahun," ujar Nasim.

Nasim melanjutkan, jika keputusan penutupan tetap dilanjutkan maka kita akan kehilangan kurang lebih 5,7 juta kuintal pertahun.

"Ketika para petani sudah menjamin ketersediaan lahan dan tidak akan mengirimkan tebunya ke luar daerah, maka pemerintah juga harus melakukan hal yang bersinergi demi tidak ditutupnya tiga pabrik gula di Situbondo. Misalnya dengan melakukan revitalisasi mesin atau membangun pabrik modern di Situbondo," ucapnya.

Nasim menekankan, pengembangan produksi gula di Situbondo masih sangat menguntungkan, ke depan dapat menunjang kebutuhan gula nasional serta program swasembada pangan Indonesia. Apalagi jika petani tebu difasilitasi kemudahan mengakses kredit usaha tani yang sangat sulit.