Gus AMI: Membaca Sejarah Gus Dur Sama dengan Membaca Sejarah Bangsa
JAKARTA, PKBNew - DEWAN Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali menggelar Haul Gus Dur ke-11 dengan hitungan tahun hijriah. Mahaguru PKB KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu wafat 14 Muharram 1431 H.
Acara diawali kegiatan santunan kepada 200 anak yatim, yang diserahkan kepada perwakilan. Selanjutnya, khataman Al-Quran dan doa. Pada pukul 19.00 WIB, Sekretaris Dewan Syoro DPP PKB KH Syaifullah Maksum memimpin langsung tahlil, yasin dan manaqib Gus Dur.
Hadir dalam acara tersebut, Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP PKB Jazilul Fawaid atau Gus Jazil, Waketum DPP PKB Hanif Dhakiri, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PKB M Hasanuddin Wahid, Ketua DPP PKB Bidang Penguatan Eksekutif, Legislatif dan Struktur Partai, Abdul Halim Iskandar, Wakil Bendahara Umum (Wabendum) Bambang Susanto, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Marwan Dasopang, Ketua Bidang Agama dan Dakwah Syaikhul Islam dan Lukman Hakim.
Ketua Umum (Ketum) DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus AMI mengikuti kegiatan tersebut secara virtual. Dalam manaqibnya, Gus AMI bersyukur ditengah cobaan dan terpaan pandemi Covid-19, PKB masih bisa melaksanakan haul Gus Dur dengan penuh semangat dan penuh keberkahan.
"Membaca sejarah Gus Dur sama dengan membaca sejarah bangsa. Sifat dan karakter Gus Dur harus diresapi, dihayati, diikut dan diamalkan," katanya, Senin (31/8/2020).
Gus AMI membaca manaqib Gus Dur dengan tiga episode. Pertama, perjalanan perjuangan Gus Dur. Kedua, perjuangan dan nilai-nilai Gus Dur. Ketiga, sifat dan karakter Gus Dur.
"Kita sebagai bagian dari perjuangan Gus Dur harus siap dengan mental dan karakter Gus Dur, kesederhanaan, kejuhutan, ketidak duniawian.
Gus Dur tidak mengandalkan hidupnya kepada kebendaan duniawi," tuturnya.
Wakil Ketua DPR RI itu berkata, Gus Dur penuh kesabaran, bukan berarti tidak pernah marah. Gus Dur merupakan sosok yang penuh ketelatenan dalam menempuh perjuangan yang rumit, memilih langkah tepat dan strategis.
"Dalam mencapai target harus terukur, tepat, efektif dan maksimal.
Salah satunya, kemampuan Gus Dur mendengarkan, mengikuti realitas yang ada. Gus Dur tidak pernah melawan realitas. Gus Dur sabar dengan represi sosial. Beliau justru marah kalau kita tidak memiliki kesabaran itu," kata Gus AMI.
Gus AMI punya cerita sendiri soal itu, punya pengalaman terkait ketelatenan Gus Dur. Sewaktu zaman pergerakan, semangatnya menggebu-gebu, lawan, tempur, serang dan menggenerelkan keadaan. Padahal dalam keadaan rumit, ada yang sama ada yang tidak.
"Tidak semuanya buruk, ada pribadi yang baik, namun tidak muncul.
Kita tidak bisa salah menilai, hanya gara-gara menilai orang lain dalam satu organisasi. Termasuk, kesabaran mengikuti apa yang terjadi di masyarakat, sekaligus mendorong perubahan," ucapnya.
Gus Dur, lanjut Panglima Santri Nusantara itu, tidak pernah konfrontasi secara langsung. Sewaktu, Gus Dur menjadi Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), NU diserang banyak pihak, NU dibilang lelet, lamban, ketinggalan zaman, kritik itu datang dari perguruan tinggi dan Islam alternatif. Bahkan, banyak tokoh-tokoh NU yang ikut terlibat menjelek-jelekan NU, hanya ingin mendapatkan jabatan dari pemerintah.
"Gus Dur memahami keritik tersebut, realitasnya memang orang-orang NU jauh tertinggal. Namun, Gus Dur tidak pernah sekalipun mencaci, mengkritik. Belia justru membuat gerakan reformulasi NU dengan mencanagkan kembali ke khitoh 1926," tutur Gus AMI.
Melalui gerakan kembali ke khitoh, ungkap Gus AMI, Gus Dur mentransformasi, merevitalisasi nilai-nilai, baik cara berpikir maupun berbuat.
Gus Dur pun tidak pernah menyepelekan fakta-fakta, realitas dengan penuh kesabaran.
"Pernah saya berpidato dengan penuh semangat. Namun begitu Gus Dur pidato semua diluruskan, PKB kata Gus Dur tempat orang baik-baik, juga menjadi tempat orang yang ingin menjadi baik," katanya.
Gus Dur, ungkap Gus AMI, dalam pribadinya tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain. Sangat santun kepada orang kecil, taat kepada orangtua.
"Gus Dur merupakan presiden yang menjadikan istana presiden yang begitu sakral menjadi Istana rakyat. Dari semua itu, Gus Dur merupakan orang yang tawadhu substantif," ujarnya.
Gus AMI meyakini banyak hal yang masih bisa dikaji dari Gus Dur. Baik itu sejarah panjang perjungan Gus Dur, gerakan pemikiran, kajian, keinginan menjadi konseptor pengetahuan.
"Gus Dur bahkan bangga jika bisa berdebat dan mengalahkan Dr Nasikun, sosilog UGM," katanya.
Tiga poin penting yang diperjuangan Gus Dur dan dinikmati Indonesia hari ini, yakni demokrasi, HAM dan kesamaan di depan hukum.
"Yang hari ini kita nikmati betul. Sekalipun hukum masih harus diperjuangkan lagi. Pikiran Gus Dur y
ang harus menjadi doktrin, walaupun nilai-nilai ajaran Gus Dur ada mabda syiasih dan himne. Dan itu semua harus kita perjuangan bersama. Ujung dari semua ini ketauhidin, kemanusiaan," katanya.
TERKAIT
-