Menteri Nasir Berharap Dana Riset Capai Rp 30 Triliun
PKBNews - KEMENTERIAN Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemeenristekdikti) mengharapkan alokasi dana abadi riset segera mencapai Rp30 triliun. Dana riset tersebut untuk mendorong percepatan pelaksanaan, pengembangan riset, teknologi dan inovasi.
"Dengan keluarnya UU Sisnas Iptek (Undang-undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), ada dana abadi yang telah kita alokasikan pada 2020 sebesar Rp5 triliun, dan tahun 2019 Rp1 triliun, kalau bisa di angka Rp30 triliun," kata Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi Mohamad Nasir di sela pembukaan kegiatan ilmiah sebagai bagian dari rangkaian acara peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-24 di Denpasar, Bali, Rabu (28/8/2019).
Pada pertengahan 2019, dana abadi riset sebesar Rp999 miliar dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini sebagai upaya dalam mendukung tumbuh kembangnya penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, riset dan inovasi di Indonesia.
Menristekdikti Nasir mengatakan kemajuan dan kemandirian daya saing bangsa bergantung pada kemajuan inovasi. Untuk itu, ekosistem inovasi yang kondusif harus terus dibangun termasuk melalui dana abadi yang menjadi dukungan pendanaan pengembangan riset dan inovasi Indonesia.
Menteri Nasir mengatakan bahwa peringatan Hakteknas ke-24 yang dipusatkan di Bali akan menjadi satu momentum dalam menggairahkan ekonomi kreatif di Indonesia dan mendorong lahirnya berbagai inovasi dari daerah.
Dalam kesempatan itu pula Menteri Nasir mengharapkan akan terbentuk kawasan sains dan teknologi (science techno park) di seluruh daerah di Indonesia ke depan untuk memajukan daerah dan bangsa Indonesia. Menteri Nasir menginginkan Indonesia mengalami berbagai kemajuan termasuk dalam bidang ekonomi dan teknologi seperti Korea Selatan.
"Mudah-mudahan dengan pembangunan ekonomi kreatif Indonesia makin maju dan daerah bisa memunculkan inovasinya," tukasnya.
Dikatakan pula oleh Menteri Nasir bahwa saat ini Indonesia sudah mengalahkan Asia Tenggara untuk kuantitas riset.
"Kalau pekerjaan, di mana riset di Indonesia dulu tahun 2014 atau di akhir 2014 hanya 5.250 loh, Thailand sudah 8 ribu loh, Singapura 18 ribu, Malaysia 28 ribu, sekarang posisinya Malaysia 33.175 Indonesia sudah 33.750 kita sudah lebih besar. Sekarang kita lebih besar di Asia Tenggara, ini di internasional loh ya," ujarnya.
Menteri Nasir pun mengatakan bahwa jumlah paten yang didaftarkan Indonesia juga sudah menempati posisi utama se-Asia Tenggara. Sekarang, Indonesia sudah bisa mengalahkan Singapura dan Malaysia.
"Kedua masalah paten yang tadinya rendah sekarang Indonesia nomor satu di Asia Tenggara kita sudah 2.670, Singapura 2.025, Malaysia di bawah lagi. Ini dalam inovasi sekarang. Bagaimana meningkatkan kualitas, jadi kita tidak cukup jumlahnya makin banyak tapi kualitasnya kita dorong supaya lebih baik lagi," katanya.
Menteri Nasir menegaskan bahwa saat ini pihaknya juga sudah mendorong para peneliti yang berada di luar negeri untuk kembali ke Indonesia. Dia berjanji bakal memberikan fasilitas yang baik bagi mereka untuk berinovasi.
"Kami sekarang kami lakukan harmonisasi, sekarang sudah banyak peneliti kembali dari negara asing, dari diaspora kita undang karena kami fasilitasi dengan baik," katanya.
Saat ini, kata Menteri Nasir mengatakan bahwa Kemenristekdikti juga sudah berupaya untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian. Salah satunya melalui peningkatan insentif para peneliti maupun dosen di perguruan tinggi.
"Honor dosen peneliti inilah kami sudah minta pak sekjen sudah kami bicarakan supaya para peneliti mendapat penghasilan yang lumayan. Jangan sampai tidak mendapat penghasilan yang tidak layak ini masalah, inilah yang kami dorong. Saya akan mengajukan ke presiden, uu saja baru turun ini lewat KSP terus sekarang peneliti dari usia sampai 70 tahun," tandas Menteri Nasir.
TERKAIT
-