Standard Post

Pendiri PKB Amure Soroti Siswa Enggan Ikuti TKA, Minta Sistem Pendidikan Lebih Inklusif


PKBNEWS - Pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Andi Muawiyah Ramly (Amure) menyoroti banyaknya jumlah siswa SMA/sederajat yang enggan mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA). Menurutnya, meski belum ada data pasti terkait alasan para siswa, fenomena ini harus menjadi catatan serius bagi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk segera mengevaluasi pelaksanaan TKA.

“Saya belum bisa memastikan apa alasan para siswa tidak mengikuti TKA. Namun, ini sinyal penting bahwa ada masalah dalam sistemnya, baik dari sisi teknis, psikologis, maupun akses. Pemerintah perlu turun tangan memastikan pelaksanaan TKA tidak justru menutup kesempatan siswa melanjutkan pendidikan,” tegas Amure di Jakarta, Senin (3/11/2025).

Anggota Komisi X DPR RI itu menekankan bahwa evaluasi TKA harus dilakukan secara menyeluruh — mulai dari desain ujian, pemerataan fasilitas, hingga beban psikologis peserta didik. Ia mengusulkan agar Kemendikbudristek memperbaiki skema TKA dengan pendekatan yang lebih inklusif.

"Misalnya melalui kombinasi penilaian rapor, portofolio, dan hasil tes, serta membuka kesempatan remidi atau jalur afirmasi bagi siswa yang hasil TKA-nya belum memenuhi standar," ujarnya.

“Prinsipnya, setiap lulusan SMA atau sederajat tetap harus memiliki hak untuk mengikuti seleksi perguruan tinggi, tanpa terkunci oleh satu hasil ujian semata,” sambung Amure.

Sebagai pembanding, di berbagai negara maju, sistem tes pendidikan umumnya tidak dijadikan penentu tunggal kelulusan atau akses ke perguruan tinggi. Finlandia misalnya, lebih menekankan pada penilaian guru dan proyek belajar, sementara Amerika Serikat kini banyak menerapkan kebijakan test-optional, di mana hasil tes seperti SAT bukan satu-satunya syarat masuk universitas.

Di Jepang dan Korea Selatan, sistem ujian nasional memang masih digunakan, namun kini tengah dikaji ulang karena dinilai menimbulkan tekanan berlebih dan kesenjangan sosial. Model penilaian holistik yang menggabungkan nilai akademik, karakter, dan kreativitas dinilai lebih efektif membangun keadilan pendidikan.

Amure menegaskan pentingnya transformasi sistem pendidikan nasional agar tidak hanya berorientasi pada nilai, tetapi pada kualitas dan pemerataan. “Kita harus memastikan pendidikan membentuk kompetensi dan karakter, bukan sekadar kemampuan mengerjakan soal. Tes hanyalah alat ukur, bukan tujuan akhir,” tegasnya.

Sebagai informasi, pelaksanaan TKA tahun 2025 diatur melalui Permendikbud Nomor 9 Tahun 2025, dengan jadwal ujian utama dan cadangan yang dikelola Pusmendik Kemendikdasmen.

TKA perdana digelar mulai hari ini hingga 9 November 2025. Sementara total siswa yang mengikuti TKA tercatat 3.518.166 dari 4,17 juta siswa kelas 12 di Indonesia. Artinya ada 691.000 siswa yang tidak mengikuti TKA.