Standard Post

Titiek Soeharto Diminta Baca Data yang Benar


PKBNews - KRITIK putri mantan Presiden Soeharto, yakni Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait swasembada pangan seperti padi, jagung dan kedelai membuat gerah pendukung Jokowi.

"Apanya yang bohong. Makanya baca data yang bener!," tegas Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding (AKK), Rabu (14/11/2018).

Menurut AKK, apa yang disampaikan Titiek tidak sesuai fakta. Padahal, data Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa produksi padi dan jagung di Indonesia mengalami kelebihan (surplus).

"Lagi-lagi Tim Pak Prabowo itu mengungkap data yang keliru. Nggak tahu pakai data dari mana. Sebenarnya produksi beras kita di 2018 itu diperkirakan surplus sekitar 13,8 juta ton. Karena kebetulan konsumsi kita 33 sekian, sementara beras yang dihasilkan ada 57 sekian, itu dari sisi beras. Tahun ini mencapai puncak produksi jagung sekitar 29 ton," tuturnya.

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) berkata, produksi beras terus mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Untuk produksi dan jagung, katanya, trennya naik setiap tahunnya.

"Saya kira Mbak Titiek perlu melihat lebih jeli data. Data yang kita sepakati tentu data sesuai BPS. Dan sebagai tokoh publik, saya kira beliau harus hati-hati bicara karena bisa berdampak luas bagi masyarakat. Parameter dari BPS karena metodologi begitu kuat dan sangat obyektif," tegas AKK.

Dengan adanya surplus produksi, ungkap AKK, itu berarti swasembada pangan sudah dapat terpenuhi. Impor hanya diperlukan sebagai cadangan.

"Impor diperlukan untuk cadangan. Yang penting potensi-potensi strategi kita dari sisi produksi kita surplus. Syukur-syukur tidak perlu cadangan lagi, tapi semua bisa dari dalam negeri," katanya.

AKK berkata, untuk produksi kedelai memang belum ada surplus. Hanya saja, semua pihak seharusnya optimis produksi pertanian di Indonesia bisa lebih baik lagi.

"Dalam konteks bernegara harus lihat kebutuhan masyarakat, daya ketersediaan tidak semua komoditi kita bisa sendiri. Kayak kedelai, bawang putih, itu tidak gampang tumbuh di Indonesia. Makanya ke depan kita pacu daya produksi," kata Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma`ruf Amin itu.

Soal impor jagung, AKK menyebut itu kebanyakan dilakukan untuk luar Pulau Jawa. Itu pun permasalahannya bukan soal produksi, melainkan distribusi.

"Jagung sebagian di luar Jawa tetep impor karena distribusi kalau dibawa dari Jawa kan mahal. Biar lebih murah misal ambil dari Malaysia. Loginya gitu," tuturnya.

Ia lalu membanggakan kebijakan pemerintahan Jokowi yang mampu meningkatkan produksi pertanian. Karding kembali meminta Titiek dan kubu Prabowo lainnya untuk tidak salah menginterpretasikan data.

"Ada upaya-upaya dari pemerintah, misal di beras, ada bantuan bibit, pendampingan, perawatan dan sebagainya. Jadi data Mba Titiek keliru, parameternya harusnya BPS," tandasnya.

TERKAIT

    -